5 Tips Agar Anak Bersedia Masuk Pondok Pesantren

Fokus dalam mencetak generasi-generasi Qur’ani, Sebelum melanjutkan artikel 5 Tips Agar Anak Bersedia Masuk Pondok Pesantren, Sekedar kami info:

Apabila Anda Mendambakan putra/putri untuk menjadi Tahfidz kunjungi website Pondok Pesantren Tahfidz

Siapakah yang tidak senang mempunyai anak yang tinggal atau alumnus dari sebuah Pondok Pesantren. Tetapi harus dipahami lebih dulu, lulusnya anak atau sedang mondok di pesantren pada intinya bukan jalan keluar supaya anak kita jadi seorang pendakwah atau alim ulama.

Tujuannya, alumnus pesantren juga tidak jamin seorang anak jadi anak yang sholeh sholehah, apa lagi yang bukan alumnus pesantren. Di jaman yang makin tidak bisa dibaca ke mana arahnya ini masa datang anak kita makin susah untuk diterka, sebuah Pondok Pesantren ialah jalan keluar, alternative yang benar-benar dapat dihandalkan.

Minimal, bila anak kita belum menjadi seorang ustadz, pendakwah atau alim ulama, sekurang-kurangnya sudah tertancap pada dianya pengetahuan ilmu agama Al-Qur’an dan As-sunah yang insyaAllah bisa membimbingnya sejauh perjalanan hidupnya di dunia.

Demikian juga saya, saat saya akan mondok dahulu, ke-2  orangtua saya benar-benar mengharap ke saya agar jadi anak sholeh, jadi penerus keluarga, jadi seorang pendakwah, alim ulama, sekurang-kurangnya bisa membimbing dirinya pada nahi mungkar.

Dari demikian ribu alumnus pesantren, tidak khayal cuman beberapa %, tiga dari persepuluh yang sukses memperoleh kemampuan sebagai figur agama, figur warga, seorang yang besar yang bisa membimbing umat. Banyak juga mereka yang tidak pernah mondok tetapi menjadi pendakwak, alim ulama, anutan umat.

Dan semuanya kembali ke kesolidan dari didikan ke-2  orangtuanya, lingkungan, beberapa pengajar akedemik atau non-akademik sampai dalam diri anaknya tersebut.

Saya terpikir kembali saran dari Beberapa Kiyai saat saya mondok dahulu, di suatu peluang beliau bernasihat:
Pesantren bukan tempat sulap, Pesantren tidak mengubah “bimsalabim” beberapa santri nya jadi ustadz, pendakwah, alim ulama atau figur warga.

Disini kita bisa kembali mengaitkan tujuan dari saran Beberapa Kiyai sekalian Beberapa Pendiri Pondok. Jika sebuah Pondok Pesantren cuman memberi tempat, sarana atau kail untuk menggairahkan beberapa santri atau anak didiknya menjadi seorang ustadz, pendakwah dan alim ulama.

Berkaitan bisa menjadi apa mereka di masa datang, kembali ke lingkungan, keluarga dan diri anak tersebut.
Telah banyak kasus dan contoh jika sebaik apa saja mekanisme yang dipunyai oleh sebuah Pesantren, tidak betul-betul jamin 100% alumnus dari Pesantren itu jadi alumni yang sukses.

Tetapi usaha pilih Pondok Pesantren ialah kewajiban tanggung-jawab kita sebagai orangtua supaya masa datang anak kita jadi lebih baik. Kembali ke dasar ulasan khusus kita, sesudah saya merinci info di atas diharap beberapa orangtua atau beberapa wali benar-benar pahaminya.

Panduan Supaya Anak Ingin Masuk Pondok Pesantren.

1. Berikan anak fondasi dan pengetahuan

Panduan pertama yang perlu dilaksanakan oleh beberapa orangtua saat sebelum anaknya mondok atau tidak mondok nanti ialah memberikan fondasi dasar dan pengetahuan mengenai hak dan batil. Ini harus dilaksanakan untuk memproteksi diri dari anaknya tersebut dari human error.

Tujuannya, manusia ialah tempat nya salah, Beberapa Kiyai, Ustadz, Guru atau beberapa senior nya kelak di Pondok atau Sekolah ialah manusia biasa yang tidak lepat dari khilaf dan salah.

Jumlahnya rekan dan senior, bila dari sejak awalnya kita sebagai orangtua tidak memberikan pengetahuan dasar mengenai hak dan batil, nantinya anak kita akan mengikuti, meniru brutal siapa dilingkungan itu sekalinya pesantren.

Misalnya, sebut saja merokok bukan hal yang bagus. Berikan anak fondasi dasar, pengetahuan jika merokok bukan hal yang pantas ditiru.

Karena itu sesudah kita memberikan pengetahuan dan pemahaman itu ke anak kita, nantinya sepanjang apa saja anak kita ditaruh, saat dia menyaksikan ustadz, gurunya atau ajakan temannya untuk merokok, otomatis sudah tertancap di bawah alam sadarnya jika itu bukan perlakuan yang ke-2  orangtuanya harapkan.

2. Ketahui watak anak

Panduan ke-2  Supaya Anak Ingin Masuk Pondok Pesantren ialah pahami watak anak kita, semirip apa saja anak kita sama kita tentu beberapa ada yang berlainan khususnya dengan watak. Karenanya sebuah fitrah dari Si Khalik.

Khususnya pada anak wanita, anak wanita benar-benar peka. Sebagai orangtua mungkin kita dapat masukkan anak wanita kita ke pesantren. Tetapi kita tidak betul-betul sensitif dan pahami mengarah mana kemauan anak wanita kita. Tetapi ini jarang ada tetapi tidak dapat diremehkan.

Akibatnya karena memaksakan kehendak kita, anak dari hasil desakan orangtua untuk masuk kepesantrenan ia tidak serius pada tiap ikuti aktivitas di pesantren. Dimulai dari kerap terserang hukuman, kerap menantang sampai pucuknya kabur-kaburan dari pondok.

3. Yakinkan pesantren pas dengan opsi kita

Ada beberapa ribu Pondok Pesantren di Indonesia, pada intinya arah dari pesantren itu semuanya sama, mendidik dan hasilkan alumni dan pribadi yang memiliki ilmu dan bermoral mulia. Tetapi di sisi lain satu arah yang serupa yang membandingkan di antara satu dan yang lain ialah dari sistem, mekanisme dan ada banyak kembali.

Ada pesantren yang ikuti tiap instruksi dari MENDIKBUD atau pemerintahan, ada pesantren yang justru bertolak-belakang, beberapa macam. Oleh karena itu dalam masalah ini balik lagi ke Anda sebagai orangtua wali santri, ingin type seperti apakah pesantren yang Anda harapkan.

Pesantren yang cuman konsentrasi pada Al-Qur’an dan As-sunah saja kah, seperti misalnya Rumah Tahfidz Qur’an. Di mana beberapa santri cuman konsentrasi dalam pahami dan mengingat Al-Qur’an. Atau Pesantren Kekinian, di mana santri bisa dengan bebasnya pilih spirit yang disukai.

Karena bila Anda (wali santri) tidak pahami poin ini, usai nya anak Anda dari Pesantren, justru Anda sendiri akan terkejut, atau bahkan juga tidak sealur sama yang Anda harap. Misalnya, di mana sesudah lulus kelak yang Anda harap, anak nantinya jadi penghafal Al-Qur’an, usai nya ia dari pesantren justru jadi Vocalis Marawis atau Nasyid.

4. Sistem ulur tarik

Sistem ini bisa dilaksanakan pada anak yang labil atau masih tidak cukup tegar dengan keputusannya, skema pikirnya yang cepat beralih-alih. Anda sebagai walinya bisa menarik anak itu kepesantren, lalu mengaplikasikan sistem pada poin pertama di atas barusan.

Anda akan ketahui reaksi anak itu, apa nanti anak kita akan melawan saat dimasukkan pada pesantren atau justru kebalikannya.

Tidak boleh karena polos lalu kita mengimingi anak dengan beberapa hal manis di pesantren apa lagi sampai menipu, saya anjurkan supaya diberi pengetahuan risiko saat ia hidup berdikari dengan beragam jalan keluar dan dampak saat ia belajar hidup berdikari.

5. Penilaian

Sistem paling akhir dari Panduan Supaya Anak Ingin Masuk Pondok Pesantren ialah dengan menilai atau dalam istilah gaulnya Muhasabah. Penilaian atau muhasabah ini bukan hanya untuk anak-anak kita, kita sebagai orangtua juga harus penilaian.

Sesudah beragam point di atas sudah kita upayakan, saksikan bagaimana reaksinya, apa hal positif yang kita peroleh, atau kebalikannya. Apa saja ketetapannya baik atau baik, kemungkinan sudah semacam itu jalan terbaik, sebagus apa saja usaha kita pada intinya niat Anda masukkan anak ke pesantren pada intinya ialah niat yang bagus.

Apa nantinya ia akan mesantren atau sekolah, kita sebagai orangtua tetap peran khusus dalam mendidik. Tidak boleh menjudge anak agar jadi apakah yang kita harapkan, tetapi judge lebih dulu diri sendiri.

Anak ialah cerminan diri sendiri, bila kita ingin anak Sholeh, karena itu kita dahulu sebagai orangtua harus sholeh dan sebagainya.